CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS

Rabu, 08 April 2009

Kisah Pemelihara Wayang Krucil di Nganjuk
Memelihara Tradisi Adi Luhung

Sejarah mengukir betapa tanah Jawa mempunyai ikon budaya, dengan bentuk kesenian bermacam ragam. Di antaranya adalah seni wayang krucil. Seni khas Jawa peninggalan pelaku budaya adi luhung pada zaman itu yang diwariskan kepada masyarakatnya. Wayang krucil tidak sama dengan wayang kulit.

Wayang krucil terbuat dari kayu mahoni. Biasanya tokoh yang diperankan juga tidak sama dengan lakon dalam pagelaran wayang kulit yang kita ketahui. Wayang krucil atau wayang kayu identik dengan tradisi ruwatan. Karena wayang krucil oleh sebagian kalangan tertentu adalah satu-satunya media untuk meruwat (menjaga) jauh dari gangguan jin atau setan. 

Yang dikumandangkan oleh dalang adalah gending-gending Jawa yang kental dengan unsur magis. Mereka yang diruwat biasanya tergolong anak ontang anting (anak tunggal), anak gono gini (kembar satu laki-laki satu perempuan) serta�sendang kapit pancuran (anak dua laki-laki dan satu perempuan) dan masih banyak lagi istilahnya. 

Melalui wayang krucil dengan dilakukanya ritual ruwatan itu dipercaya mendekatkan rezeki dan terbebas dari mara bahaya.
Itulah secuplik gambaran kandungan seni dan budaya Jawa yang tergolong langka dan jarang ditemukan untuk kali ini . Karena dengan majunya krisis teknologi, seakan-akan kekayaan asli milik sendiri lambat laun dilupakan. 

Selain digunakan untuk media ritual ruwatan, wayang krucil juga mempunyai banyak cerita tentang tokoh raja-raja Jawa seperti Sabdo Palon, Untung Suropati dan Pangeran Diponegoro dan masih banyalk lagi yang sejajar ceritanya. Di samping itu dalam pakem cerita dari sang dalang wayang krucil juga membuka sejarah keislaman yang diperankan tokoh kiai dan para santrinya.

Bila kita sadar, kandungan filosofi dalam seni wayang krucil sangatlah dalam. Terutama tentang bagaimana hidup yang seimbang dan bagaimana berketuhanan yang benar. Itu tersirat dalam serat cerita pertunjukan wayang krucil. 

Mengingat betapa kayanya makna yang terkandung dalam pakem wejangan dalam seni pewayangan. Maka melalui seniman asal Kabupaten Nganjuk ini, Ki Sudiono selama hampir sudah 40 tahun bergelut untuk mempertahankan kesenian wayang krucil. Lewat tangan trampilnya Sudiono sudah mampu menghasilkan karya-karyanya dan sudah dimiliki kolektor domestik dan luar negeri. 

Menurut Sudiono, berkesenian berkiblat pada warisan nenek moyang seperti membuat wayang krucil adalah panggilan hati. Intinya jangan sampai punah dan tidak dikenal oleh pewaris aslinya, masyarakat Jawa pada umumnya. 
Sudiono ketika dikonfirmasi di rumahnya di Desa Garu Kecamatan Baron, sedang asyik membuat wayang krucil pesanan mantan Menteri Penerangan, Harmoko sebanyak 150 biji (1 set). Menurut dia, wayang 1 set itu rencananya akan disimpan dalam museum pribadinya di Desa Patianrowo Kecamatan Patianrowo dan sebagian dikirim ke musium Jakarta sebagai benda seni bernilai sejarah.

Sudiono berkesenian sudah sejak tahun 1977 sampai sekarang. Meskipun usia sudah senja mendekati 80 tahun, namun jiwa seninya masih berbinar-binar khususnya membuat wayang krucil.

0 komentar: